No comments yet

Pelatihan Prinsip Kerja Layak untuk Pengajar Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Wonosobo

Yayasan Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama dan Kebudayaan INFEST Yogyakarta berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Wonosobo menyelenggarakan “Pelatihan Kerja Layak untuk pengajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah”. Kegiatan ini merupakan bagian dari program “Mendorong Peran SMK dalam Mencegah Rekrutmen yang Eksploitatif” di Kabupaten Wonosobo yang didukung oleh Responsible Business Alliance (RBA).

Pelatihan ini turut dihadiri oleh Kepala Disdikpora Kabupaten Wonosobo Drs. Tono Prihatono, Perwakilan Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Wilayah IX dan Pengawas SMK Kabupaten Wonosobo, Kepala UPTD BLK Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Wonosobo Firman Cahyadi, S.P, M.Ec. Dev dan Perwakilan dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kabupaten Wonosobo. Pelatihan ini diikuti oleh 25 Guru BKK (Bursa Kerja Khusus) dari 23 SMK di Wonosobo pada Rabu (27/7).

Dalam sambutannya, Kepala Disdikpora Kabupaten Wonosobo, Drs. Tono Prihatono menyampaikan bahwa program ini merupakan program kolaborasi untuk mencegah perekrutan kerja yang eksploitatif. Kendati kewenangan SMK sekarang berada pada pemerintah provinsi, namun pemerintah kabupaten merasa punya tanggung jawab karena siswa SMK merupakan anak-anak Kabupaten Wonosobo.

“Kasus perekrutan pekerja anak masih saja terjadi di Wonosobo bahkan di tingkat SMP sehingga kita (pendidik) perlu mencegah adanya kejadian serupa,” terang Tono Prihatono. Tono berharap, pelatihan ini bisa bermanfaat dan para guru SMK, khususnya pengampu Bursa Kerja Khusus (BKK). Juga, melalui pelatihan ini para peserta bisa mendapatkan pengetahuan baru mengenai prinsip-prinsip kerja kayak dan bisa disampaikan kepada anak didik.

Perwakilan Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Wilayah IX, Supriyanto menyampaikan, pengetahuan tentang situasi kerja dan prinsip kerja layak bisa disampaikan kepada anak didik dalam sesi konsultasi atau pertemuan di ruang kelas. Ia juga berpesan pada guru-guru untuk selalu menjalin komunikasi dengan baik dalam rangka mengawasi angkatan kerja lulusan SMK dalam penempatannya. Supriyanto juga berharap sekolah tidak asal menempatkan siswa hanya karena tuntutan keterserapan lulusan, tetapi juga tetap melakukan pengawasan.

Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok Membangun Kerja Sama dengan Dunia IndustriPelatihan satu hari ini diisi dengan pemaparan materi Prinsip kerja layak dari Direktur INFEST Yogyakarta Muhammad Irsyadul Ibad dan dilanjutkan dengan diskusi interaktif dengan peserta pelatihan. Pelatihan kerja layak disambut antusias para guru BKK. Hal ini nampak dari harapan-harapan yang mereka sampaikan pada saat perkenalan diri. Para guru berharap pelatihan ini dapat menambah pengetahuan tentang prinsip kerja layak dan dapat menerapkannya di dalam lingkungan sekolah. Selain itu, sebagian guru juga berharap bisa terhindar dari kasus-kasus yang bertolak belakang dengan prinsip kerja layak dan perekrutan yang etis.

Diskusi mengenai Prinsip Kerja Layak

 

Berbagai prinsip-prinsip kerja layak disampaikan oleh Irsyadul Ibad dalam presentasinya di sesi pertama, seperti jam kerja yang layak, pendapatan yang mencukupi dan pekerjaan yang produktif. Menggabungkan pekerjaan, keluarga dan kehidupan pribadi juga mencerminkan kerja layak. Selain itu, stabilitas dan jaminan pekerjaan, kesempatan dan perlakuan setara, serta lingkungan kerja yang aman menggambarkan bahwa kerja layak jauh dari adanya diskriminasi. Didapatkannya jaminan sosial, kebebasan berorganisasi atau mengeluarkan pendapat yang juga disebut dialog sosial yang merepresentasikan pekerja dan pengusaha menjadi hal yang tidak kalah penting dalam kerja layak. Disamping itu, Ibad juga menyampaikan beberapa hal yang harus dihapuskan berdasar konvensi internasional, yaitu kerja paksa dan pekerja anak beserta indikatornya.

Pelatihan Prinsip Kerja Layak untuk Guru SMKPada sesi kedua, peserta diajak untuk berdiskusi bersama serta memetakan kekuatan, kelemahan, potensi yang dimiliki sekolah dan potensi yang datangnya dari luar sekolah. Para peserta dibagi ke dalam dua kelompok diskusi dan diberi dua pertanyaan berbeda terkait pemetaan dan analisis empat unsur tersebut. Kelompok pertama mendapat pertanyaan bagaimana cara mengajarkan ke siswa materi tentang kerja layak. sedangkan kelompok kedua mendapat pertanyaan bagaimana cara membangun hubungan industrial berdasar prinsip-prinsip kerja layak dan perekrutan yang etis.

Masing-masing kelompok mencoba memetakan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing sekolah, potensi yang ada di sekolah dan ancaman yang datang dari luar sekolah berdasar pertanyaan yang telah diberikan. Menurut kelompok pertama, kekuatan dalam penyampaian materi lebih mudah dilakukan di era digital dengan adanya media sosial. selain itu mereka yakin akan kemampuan penguasaan materi bagi para guru di sekolah. selain itu sekolah juga memiliki layanan bimbingan karir dan konsultasi. dari sisi kelemahan yang dimiliki, kelompok pertama sepakat bahwa tidak ada jam belajar untuk sosialisasi atau penyampaian materi bagi kelas XII menjadi salah satu kelemahan. Di samping itu, keterbatasan waktu penyampaian materi dan kemampuan dalam validasi informasi di media sosial merupakan kelemahan yang juga dimiliki sekolah.

Pemetaan lain yang dilakukan kelompok kedua terkait potensi yang dimiliki berupa bonus demografi 2040, banyaknya lowongan kerja baik online maupun offline, begitu juga kebutuhan peserta didik. ancaman yang ada berupa siswa seringkali homesick ketika bekerja jauh dari rumah, pernikahan dini, dan kurangnya percaya diri. rendahnya tingkat komunikasi anak dengan orang tua, rendahnya soft skill anak, dan orientasi kerja pada gaji yang besar dengan pekerjaan ringan tanpa mempertimbangkan aspek lain menjadi ancaman yang timbul menurut kelompok kedua.

 

Post a comment

You must be logged in to post a comment.