No comments yet

Radio Daring: Saluran Lain Informasi BMI

Sejak 17 Desember 2011 atau sehari sebelum Hari Buruh Migran Indonesia, Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM) mulai mengujicoba penggunaan radio online untuk menyapa buruh migran di luar negeri. Meski masih dalam tahap ujicoba infrastruktur teknologi, radio online Suara Buruh Migran mulai ramai pendengar. Jumlah pendengar hari ketiga bahkan mencapai 23 orang dalam semalam. Uniknya, informasi adanya radio ini hanya disebarluaskan melalui jejaring sosial facebook dan twitter. Cara sederhana ini cukup menarik antusiasme para buruh migran di beberapa tempat, seperti Macau, Hong Kong, Dubai, Riyadh dan Singapura untuk menikmati sajian acara radio yang masih berumur jagung ini.

Radio Online Suara Buruh Migran didesain untuk cukup mudah diakses oleh buruh migran. Pendengar cukup mengakses portal http://buruhmigran.or.id untuk mendengarkan siaran radio online ini. Pada masa penyiapan infrastruktur ini, pendengar radio di luar negeri baru dapat mengaksesnya melalui alamat http://inyong.web.id/radio/khayat. Teknologi radio ini akan sempurna pada awal Januari 2012. Selain soal persiapan infrastruktur, pekerjaan rumah lain PSD-BM adalah menyusun jadwal siaran berkala. Kepastian jadwal ini akan sangat membantu buruh migran untuk menyimak.

Radio online adalah pengembangan media terbaru yang dilakukan oleh PSD-BM di penghujung tahun 2011. Radio ini bertujuan untuk menyapa buruh migran secara langsung, sekaligus mengemas informasi dalam bentuk hiburan. Melalui pengemasan ini informasi dari buruh migran dapat tersampaikan secara cepat dan menjangkau beberapa wilayah secara bersamaan. Penyisipan unsur hiburan pada acara radio akan memperkuat ketertarikan buruh migran untuk mengakses informasi pada portal PSD-BM, sekaligus membagikan informasi.

Interaksi adalah salah satu hal lain yang menjadi fokus penyertaan media radio oleh PSD-BM. Buruh Migran di luar negeri dapat saling menyapa, memberikan laporan, meminta lagu, menyampaikan keluhan dan berbagi tips secara langsung. Media sosial media pada tahap ini cukup efektif. Buruh Migran menyampaikan permintaan atau informasi melalui pesan atau meletakkannya di dinding (wall) facebook buruh migran.PSD-BM sedang menyiapkan pula teknologi murah yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk suara mempergunakan skype yang terhubung dengan radio. Teknologi ini memungkinkan dialog interaktif antar pendengar.

Beberapa cerita unik muncul selama masa ujicoba radio ini. Cerita seputar penyesuaian siaran oleh pegiat PSD-BM, perbedaan waktu antar negara, aksi spontan buruh migran untuk menyebarluaskan informasi keberadaan radio dan permintaan lagu dari buruh migran.

Radio, dalam bentuk online bahkan, adalah “mainan” baru pegiat PSD-BM. Persentuhan dengan alat baru dan tuntutan kemampuan untuk menjadi penyiar cukup menarik. Partama, pegiat PSD-BM harus mencoba sedikit lebih keras mempelajari penggunaan alat pengatur suara (mixer audio) yang cukup rumit. Siaran hari pertama banyak terganggu kendala teknis kemampuan penggunaan alat. Beberapa gangguan muncul, seperti pengaturan jenis keberimbangan suara bass dan tribel yang tak seimbang, penggunaan pelantang (mic) yang tidak pas sehingga menimbulkan suara gemuruh, sampai kesalahan menyalakan beberapa perangkat. Kedua, soal teknik siaran. Pegiat PSD-BM masih harus belajar untuk mengelola siaran seperti manajemen isi siaran dan waktu, teknik menyapa pendengar dan pengemasan acara.

Cerita soal perbedaan waktu adalah cerita unik lainnya. Muzammil Yousuf (26), BMI yang bekerja sebagai supir di Makkah Arab Saudi, pada hari kedua siaran memberitahukan adanya siaran radio ke sekitar lima puluh orang buruh migran lainnya. Tindakan tersebut dilakukan pada pukul 19.00 waktu setempat. Jumlah pengunjung radio yang tercatat oleh sistem sontak bertambah cepat. Sayangnya, saat pendengar radio dari Arab Saudi tersebut berbondong hendak mendengarkan radio, waktu siaran hampir berakhir. Ada pendengar yang tidak bisa mendengarkan siaran karena telah berakhir. Waktu pukul 19.00 di Arab Saudi memiliki selisih cukup lama dibandingkan dengan Indonesia yang sudah memasuki pukul 02.00 dini hari.

Permintaan lagu adalah cerita unik lainnya. Beberapa buruh migran menjadikan momentum siaran ini untuk mendengarkan lagu-lagu Indonesia yang tidak mudah ditemui di negara tempat bekerja. Laiknya radio niaga dan komunitas yang bersiaran lewat pemancar, Suara Buruh Migran juga memberikan kesempatan bagi buruh migran untuk meminta pemutaran lagu tertentu. Beberapa BMI bahkan melalui fasilitas perpesanan di Facebook meminta lagu-lagu terbaru yang tidak dimiliki oleh PSD-BM. Keharusan pemutaran lagu-lagu yang dibeli secara legal menyebabkan keterbatasan jumlah lagu yang dimiliki oleh PSD-BM.

Peristiwa saling sapa antar buruh migran di beberapa negara juga terjadi selama siaran. Beberapa BMI bahkan menyampaikan salam kepada kerabat di Indonesia yang pastinya belum turut mendengarkan siaran tersebut. Pesan tersebut semakin menguatkan rencana PSD-BM untuk memancarkan ulang siaran Suara Buruh Migran di beberapa jaringan radio komunitas. Beberapa BMI turut pula menyampaikan laporan langsung kegiatan atau peristiwa terkait dengan BMI melalui saluran ini, seperti kegiatan peringatan hari buruh migran dunia pada 18 Desember 2011.

Ketersediaan radio online ini masih sedikit banyak terhambat oleh keterbatasan besaran data (bandwith) internet PSD-BM. PSD-BM dalam ujicoba ini hanya menggunakan suara yang dikompres sebesar 32 MHz untuk dipancarkan. Kualitas suara tersebut tentu tidak begitu baik tetapi harus dipilih. Semakin besarnya ukuran berkas suara yang dipancarkan akan memperlambat akses pendengar dan memperkecil jumlah pendengar.

Radio buruh migran adalah media alternatif yang dipilih oleh PSD-BM untuk memperluask jangakaun ketersebaran informasi di kalangan buruh migran di luar negeri. Alat ini juga diharapkan mampu memfasilitasi pertukaran informasi yang cepat antar buruh migran. PSD-BM juga tengan merencanakan adanya sistem teknologi yang memungkinkan siaran radio turut dilakukan oleh BMI di luar negeri dengan mempergunakan saluran yang sama. Dengan demikian, organisasi atau komunitas BMI akan lebih mudah dan memiliki media sendiri untuk mengelola informasi.

Post a comment

You must be logged in to post a comment.