Sabtu dan Minggu (27-28/11/2010) untuk keduakalinya infest bersama Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnettik Sukabumi menggelar pelatihan kelola informasi buruh migran.
Pelatihan ini berbeda dengan pelatihan sebelumnya (Juni 2010). Pelatihan kali ini infest mengembangkan metode pelatihan dengan menambah satu kelas kursus untuk pegiat PTK Mahnettik.
Peserta pelatihan dibagi menjadi dua kelas. Kelas pengenalan kelola informasi BMI yang diikuti peserta baru yang belum pernah mengikuti pelatihan dan kelas kursus Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) diikuti pegiat aktif kelompok-kelompok simpul dampingan PPSW wilayah Sukabumi.
Kelas tambahan berupa kursus OMS difasilitasi oleh Koordinator Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM) Yossy Suparyo. Materi pelatihan fokus pada pemetaan kerja OMS dalam mengelola informasi dan pengetahuan khususnya seputar isu buruh migran.
Sedang kelas yang lain masih menerapkan materi kelola informasi buruh migran sesuai modul terbitan PSD-BM. Kelas tersebut difasilitasi oleh Muhammad Ali Usman dan Fathulloh dengan peserta sebanyak 20 orang yang berasal dari pegiat di kelompok-kelompok dampingan PPSW wilayah Sukabumi.
“Tantangan terbesar kita terkait buruh migran adalah masih minimnya kemampuan mereka dalam mencari dan mengelola informasi. Seharusnya, kemampuan seperti ini sudah dimiliki oleh setiap buruh migran sebelum mereka berangkat bekerja,” tutur Muhammad Ali Usman di sela-sela pelatihan.
Pengenalan materi pewartaan bagi buruh migran sangat membantu peserta untuk berbagi pengalaman yang dimiliki serta menggali informasi dan pengetahuan dari orang lain.
“Meskipun awalnya pusing, tapi saya ternyata bisa menulis informasi,”tutur dedeh, salah satu peserta pelatihan. Pelatihan pengelolaan informasi ini menjadi salah satu bagian dari usaha pemberdayaan pengetahuan buruh migran. Buruh Migran Indonesia (BMI) yang dikirim ke luar negeri selama ini lebih banyak untuk memenuhi sektor rumah tangga, di mana mereka hanya memiliki kemampuan yang minim atau bahkan seadanya. Kondisi seperti ini akan membuka potensi munculnya korban-korban baru.