Institute for Education Development, social, religious, and cultural studies (Infest) Yogyakarta merancang modul pencegahan kekerasan ekstrim bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di negara tujuan. Selain merancang konten media kampanye pencegahan ekstrimisme, Infest juga merancang konten modul dan konten aplikasi “Safe Travel” yang dikembangkan oleh Kementrian Luar Negeri (Kemlu). Konten-konten positif untuk beragam platform sebagai pegangan dan rujukan bagi diplomat Indonesia di Negara tujuan pekerja migran .
Dalam perumusan modul dan konten Safe Travel, Infest juga melibatkan sejumlah pakar dari beragam elemen baik dari pemerintah maupun masyarakat sipil. Infest menggali gagasan berdasarkan pengalaman dan pembelajaran sejumlah lembaga dalam “Workshop Safe Travel dan Modul Pencegahan Kekerasan Ekstrem bagi Pekerja Migran Perempuan di Negara Tujuan”. Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program “Penguatan Kapasitas Pekerja Migran dan Aktor Negara dalam Pencegahan Penyebaran Radikalisme dan Ideologi Kekerasan di Kalangan Pekerja Migran Indonesia” atas kerjasama Infest Yogyakarta dan UN Women.
Menurut Ridwan Wahyudi (Ridwan), Manager Program Infest Yogyakarta, sebelum mengadakan workshop penyusunan konten modul dan safe travel, Infest juga melakukan pertemuan untuk penyusunan konten kampanye pada 7-9 Oktober 2018. Dalam pertemuan tersebut, Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyebutkan tentang kendala dan tantangan untuk pencegahan radikalisme yang dilakukan Kemlu. Beberapa di antaranya adalah keterbatasan sumber daya manusia, sumber dan materi, anggaran dan sebaran PMI di negara tujuan.
“Jadi, sumber dan materi bagi konsuler sebagai bahan bacaan untuk sosialisasi juga terbatas. Dengan demikian, untuk menggelar orientasi kedatangan atau sosialisasi bagi PMI yang memasuki purna kontrak di negara tujuan merupakan kendala yang dihadapi oleh perwakilan pemerintah. Sedangkan sumber bahan bacaan bagi staf perwakilan pemerintah untuk pencegahan juga belum tersedia,” jelas Ridwan.
Sehingga, lanjut Ridwan, Infest merasa perlu untuk mempersiapkan konten modul di level negara tujuan PMI karena pentingnya ketersediaan sumber atau materi untuk orientasi pekerja migran, baik yang baru tiba di negara tujuan maupun yang hendak pulang ke negara asal.
Program pencegahan ekstrimisme di kalangan PMI juga melibatkan organisasi komunitas di negara tujuan yang diharapkan dapat berkontribusi kepada pencegahan ekstrimisme untuk pekerja migran lainnya. Termasuk dalam penyusunan modul dan konten Safe Travel, Infest melibatkan para narasumber sekaligus peserta aktif terdiri dari perwakilan Direktorat Perlidungan Warga Negara Indonesia (PWNI) dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Migrant Aid, UN Women, Yayasan Inklusif, dan Yayasan SatuDunia.
Workhsop telah menghasilkan garis besar rancangan sumber materi pencegahan yang menjadi rujukan pemerintah perwakilan untuk pencegahan radikalisme di kalangan PMI perempuan di negara tujuan. Selain itu juga telah menyepakati 2 (dua) negara tujuan sasaran ditetapkan bersama-sama sebagai uji coba pencegahan radikalisme bagi PMI, serta dokumen outline modul dan konten safe travel yang disepakati oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Infest.