Banjarnegara – Setelah melakukan identifikasi aset dan potensi desa Juni lalu, kini kader perempuan pembaharu Desa di Banjarnegara mulai membuat peta aset dan potensi. Kegiatan ini dilakukan di masing-masing desa yakni Gumelem Kulon (29/7), Gentansari (30/7) dan Jatilawang (31/7). Tidak hanya menggunakan peta desa yang sudah ada, mereka juga menggambar sendiri peta desanya. Kemudian, di atas peta desa, mereka menempelkan kertas berwarna yang dibentuk menyerupai aset dan potensi desa, seperti: bangunan, rumah ibadah, rumah, sawah, hutan desa, sungai, mata air, dan sebagainya.
Menurut Alimah Fauzan, selaku Penanggungjawab Sekolah Perempuan, pembuatan peta aset dan potensi desa berdasarkan pada hasil identifikasi aset yang dilakukan oleh para kader Sekolah Perempuan. Kurang lebih selama dua minggu, mereka mendata tujuh jenis aset desa yang meliputi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Sosial, Keuangan, Kelembagaan, serta spiritual-budaya.
Alimah menambahkan, Hasil pemetaan ini akan menjadi data rujukan sekaligus masukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RJMDesa) dan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKPDesa). Harapannya, perencanaan desa tidak melulu bicara tentang pembangunan fisik, melainkan perencanaan yang responsif gender dan inklusi sosial serta meningkatkan pelayanan kebutuhan dasar.
“Supaya ketika memberi masukan tidak dengan tangan kosong tetapi berdasarkan data,” terang Alimah.
Pembuatan peta berlangsung dari siang hingga menjelang maghrib. Prosesnya pun berjalan menarik dan bersemangat. Diantara kader Pembaharu Desa pun terlihat saling berdebat saat menentukan posisi aset desa. Seperti posisi gedung TK, pabrik, perkebunan dengan beraneka ragam sayuran, seperti kubis, kentang, cabe, perkebunan teh, pepohonan pinus, loncang, seledri, pisang, pohon bambu, dan lain sebagainya.
Sri Subekti, kader Perempuan Pembaharu Desa dari Gentansari mengungkapkan proses pembuatan peta aset dan potensi desa berlangsung menyenangkan karena mampu menumbuhkan kreatifitas. “Dengan kertas berwarna-warni membuat proses pemetaan menjadi menyenangkan, berkarya dengan kreatif,” ujar Sri Subekti.
Proses menulis
Setelah merampungkan peta aset dan potensi desa, para kader Perempuan Pembaharu Desa akan menuliskannya dalam bentuk deskriptif. Sehingga, informasi yang sudah ada dalam peta aset desa bisa diketahui secara jelas dan detail. Misalnya, nama gunung, sejarah dan kondisinya. Atau, apakah mata air sudah terdistribusikan merata ke rumah warga? Informasi-informasi tersebut bisa dirangkai dalam bentuk narasi lengkap dengan data. Nantinya, data-data tersebut akan menjadi dokumen milik desa.
Dari proses yang berlangsung hingga sekarang, masing-masing desa memiliki keunikan, aset, potensi, dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki. Proses pemetaan aset sebagai bagian dari pemetaan apresiatif desa menjadikan warga dan kader desa memberikan perhatian dan peduli pada proses pembangunan di desanya.