Palangkaraya- Kelompok Kerja sistem Hutan Kerakyatan (POKKER SHK), didukung oleh Kemitraan dan Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama dan Kebudayaan (Infest) Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan workshop Pengelolaan Informasi dan Pengembangan sistem informasi Mitra 1.0 (15-16/10/2011). Kegiatan berdurasi dua hari ini diikuti sebelas organisasi lingkungan hidup di Kalimantan Tengah (Kalteng), seperti Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalteng, Perhimpunan Teropong, Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) Kalteng, Lembaga Dayak Panarung, Perhimpunan Petani Rotan Katingan, Serikat Petani Karet Mantangai, Kelompok ARPAG dan Yayasan Cakrawala Nusantara. Kegiatan dua hari ini dilaksanakan di dua tempat berbeda. Kegiatan hari pertama bertempat di Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) Training center, sementara kegiatan hari kedua digelar di Hotel Amaris Palangkaraya.
—-
Fokus kegiatan ini adalah penguatan kapasitas organisasi non-pemerintah lingkungan hidup di Kalimantan Tengah dalam pengelolaan pengetahuan. Melalui pengelolaan pengetahuan, Organisasi masyarakat sipil di Kalteng diharapkan mampu membangun kerja kolaboratif terkait dengan isu-isu lingkungan hidup dan masyarakat adat.
—-
Workshop ini merupakan kelanjutan dari inisiatif mendorong hak warga untuk terlibat dalam kebijakan pengurangan emisi karbon atau FPIC (free prior and informed concern) terkait dengan ujicoba pelaksanaan REDD di Kalimantan Tengah.
—-
Kolaborasi antar organisasi non-pemerintah lingkungan hidup ini akan turut didukung dengan sistem informasi mitra 1.0 yang dikembangkan Infest Yogyakarta. Mitra 1.0 merupakan sistem penginformasian yang dibangun untuk memudahkan proses pengarusutamaan isu lingkungan hidup dan REDD kepada masyarakat di wilayah moratorium hutan dan penerapan REDD Kalteng. Sistem ini mengkombinasikan penggunaan layanan pesan singkat (short message service/SMS), peta dan teks. Melalui sistem ini, organisasi lingkungan hidup dapat menyampaikan informasi secara langsung ke nomor telepon genggam masyarakat damping. Sebaliknya, masyarakat dapat memberikan informasi secara cepat terkait dengan lingkungan kepada sistem. Keseluruhan data akan ditampung pada sistem berbasis website pada alamat http://borneoclimate.–
—-
Mitra 1.0, akan didukung pula oleh sistem luar jaringan (luring/offline) untuk menindaklanjuti pelbagai informasi yang diterima oleh sistem, seperti sistem kolaborasi penanganan bencana kebakaran hutan. Menurut Ibad (28), Fasilitator dari Infest Yogyakarta, sistem ini memungkinkan pertukaran cepat antar aktor, sekaligus memungkinkan adanya tindakan langsung untuk merespon informasi dari masyarakat.
—-
“Ini adalah sistem dukungan untuk pengambilan kebijakan, karena itu perlu didukung dengan aktivitas offline yang memungkinkan tindak lanjut dari informasi” ujar Ibad.
—-
Kegiatan dua hari ini berlangsung dengan antusiasme tinggi dari peserta. Menurut Roni (33), perwakilan Usaid-Ifacs, kegiatan ini memberikan pengetahuan baru terkait pengelolaan informasi, sekaligus memberikan alat-alat alternatif untuk memastikan informasi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Kepemilikan telepon genggam yang hampir merata pada masyarakat berpeluang untuk menjadikan Mitra 1.0 mampu mendukung kinerja diseminasi dan pengenalan isu kepada masyarakat.
—-
“Workshop ini memberikan kami pandangan baru tentang penggunaan teknologi. Sistem ini semoga dapat dikembangan di wilayah dampingan kami yang juga terdapat di luar Kalimantan Tengah”, jelas Roni.
—-
Workshop ini juga menghasilkan keputusan penting antar organisasi peserta berupa kesepakatan tindak lanjut penggunaan Mitra 1.0 untuk kampanye isu lingkungan hidup pada masyarakat dampaingan. Terhimpun pula kesepakatan adanya kerja-kerja kolaboratif antar organisasi peserta untuk membangun data bersama melalui sistem Mitra. Sebagai tindak lanjut pula, organisasi peserta akan berkolaborasi untuk menyelenggarakan kegiatan serupa di tiga wilayah berbeda yang menjadi lokasi moratorium hutan pada bulan November 2011.