Melihat pangsa pasar sayuran yang masih terbuka luas dan kondisi alam yang sangat mendukung tersebut, Sutari (40), bersama puluhan petani Dusun Treko lainnya, mengadakan uji coba pembuatan pupuk padat dan cair (6/02/2011) di salah satu pekarangan milik warga.
Berada di lereng pegunungan membuat tanah di Dusun Treko, Kapuhan, Sawangan, Magelang memiliki kelembaban yang cocok untuk bertanam sayuran. Tanaman sayuran milik petani Treko turut memenuhi kebutuhan pasokan sayur-mayur di Yogyakarta dan sekitar. Kondisi demikian menuntut petani mengembangkan pelbagai potensi dan pengetahuan yang dimiliki agar usaha yang mereka lakukan memberi hasil lebih baik.
Upaya membangun pengetahuan petani Treko, dilakukan melalui pelbagai kegiatan, dari pertemuan hingga melakukan uji coba/mempraktikan sebuah pengetahuan baru. Minggu siang (6/02/2011) difasilitasi Lutfi, petani sekaligus pegiat forum warga Bantul, beberapa warga Dusun Treko mencoba membuat pupuk organik padat dan cair.
Bahan dasar formula pengurai seperti air batang pisang dan buah nanas yang membusuk, dedak, 3 botol tetes tebu, dan 1,5 Kg terasi (yang telah dilarutkan dengan air mendidih) dicampurkan dengan 40 liter air, diaduk merata kemudian disimpan di tong bertutup (kedap udaya). Proses pembuatan cairan mikoroorganisme lokal (mol) tersebut dilakukan secara bersama oleh warga dan disimpan di salah satu rumah warga untuk dipanen 10 hari kemudian.
Setelah menunjukkan cara membuat mol, Lutfi mengajak warga melihat tempat penampungan kotoran ternak milik salah satu warga. Kondisi kotoran yang belum terkelola kemudian dijadikan bahan praktik selanjutnya. Warga kemudian diminta mengumpulkan rerumputan dan daun tamanan liar. Berbekal cairan mol yang dibawa dari rumah, Lutfi menunjukkan bagaimana mengelola kotoran sapi menjadi pupuk organik padat.
“Jadikan dedauan sebagai alas, kemudian, Silahkan kotoran ditata persegi ukuran 2 kali 1 meter, dengan tinggi 40 sampai 50 sentimeter, taburkan kapur dolomit, tutup dengan dedaunan lagi, kemudian siram cairan mol, lakukan lagi, buat hingga empat lapisan,” ungkap lutfi, menjelaskan proses demi proses.
Pengetahuan lain yang coba diterapkan warga Treko adalah mengelola air kencing ternak menjadi pupuk cair organik. Berbekal bak penampung air kencing yang telah dibuat warga, air kencing ternak kini dapat ditampung. Warga kemudian berkenalan dengan beberapa karakter dan unsur kimia yang dikandung dedaunan disekitar mereka. Pemanfaatan air kencing (urine) sapi selain dapat dijadikan pupuk yang ramah lingkungan juga mampu diproses menjadi pestisida organik.
“Ternyata bahan baku membuat pupuk mudah didapat dan banyak disediakan alam” Tutur Sutari.
Beban biaya belanja pupuk akan perlahan berkurang jika pengetahuan yang dipraktikkan warga Treko secara bersama juga dilakukan oleh setiap warga di pekarangan mereka masing-masing.
Dukungan pengetahuan pertanian yang dilakukan Infest dan Forum Warga Bantul di Desa Treko tersebut merupakan bagian dari kaprihatinan terhadap kondisi lahan yang semakin kritis, unsur hara yang terus berkurang, petani yang semakin tidak berdaya dengan harga pupuk dan potensi minat masyarakat yang meningkat pada produk pertanian bebas residu (organik).